Dalam kehidupan memang misteri. Sama juga kita tidak
tahu nanti kita mempunyai jumlah anak berapa. Berkaitan dengan ini ada orang
yang sudah mengatur jarak kelahiran anaknya bahkan ikut program KB namun
kersane pengeran lahir lagi anak. Anak memang karunai Tuhan. Bagi pasangan yang
belum punya momongan sangat berharap sekali si buah hati. Segala macam cara
ditempuh, bahkan ada yang mengadopsi anak yatim, membeli bayi di rumah sakit
dan sebagainya. Sebagai bentuk perwujudan melengkapi isi rumah tangga dengan
kehadiran anak.
Kehidupan ada harmoni. Ada senang susah, bahagia
sedih, tertawa menangis. Ya, itulah ritme kehidupan. Sama juga halnya
berputarnya roda pedati. Kadang di atas, di tengah dan dibawah. Selalu berputar
mengikuti arah pemiliknya pergi. Begitu juga kehidupan manusia. Untuk bisa
senang, bahagia, tertawa itu pilihan. Begitu juga untuk hidup susah, sedih dan
menangis. Beda –dalam hal ini adegan film, sinetron, ludruk, ketoprak. Para
pemainnya memang disetting untuk bisa beradegan apa saja sesuai skenario dan
arahan sutradara.
Lalu sutradara kehidupan kita itu siapa? Kita sendiri
atau orang lain atau bahkan pihak lain? Menjawab ini sebenarnya juga pilihan.
Bisa dibuat sulit dan dibuat mudah. Tinggal pilih yang mana. Namun bila
ditelusuri lebih lanjut semuanya dikembalikan lagi kepada manusia sebagai
pelaku dan yang bertanggungjawab atas diri pribadinya.
Manusia diberi akal, dengan akal manusia bisa memilih
baik dan buruk, memilih peluang atau kesulitan, memilih kebahagian atau
kesedihan. Ketika dilanda kebahagiaan sudah seharusnya manusia bersyukur. Tidak
sembarang makhluk yang diberi anugerah seperti dia. Lalu mendayagunakan potensi
dan anugerah yang diterima di jalan kebenaran. Bukan lantas melupakan yang
memberi. Tidak lalu melampiaskan dengan hingar bingar lalu lupa diri siapa
dirinya. Sama halnya anak SMA setelah kelulusan lalu mencoret-coret bajunya
baik laki-laki maupun perempuan lalu berkeliling kota dengan suara knalpot yang
memekakkan telinga.
Bila dirundung duka apa lantas tidak mau beraktivitas?
Hanya diam, merenung, menyesali nasib, menyalahkan hidup, menyalahkan orang
lain bahkan menyalahkan Tuhan? Tidak tinggal yakni selalu mengeluh. Mengeluh
atas yang terjadi pada dirinya. Menangis sejadi-jadinya, melampiaskan kemarahan
dengan memecahkan dan membanting apa saja yang bisa diraih. Namun apa setelah
itu permasalahan lalu selesai? Ada solusi? Bukan malah semuanya serba
berantakan.
Bila hal itu terus menerus terjadi bukan penyelesaian
yang terjadi namun malah kesengsaraan yang menjadi-jadi. Hidup tidak teratur
bin semrawut. Lalu apa yang harus dilakukan?
Ada berbagai macam cara yang dilakukan. Namun yang
perlu digaris bawahi bahwa pada dasarnya manusia hidup adalah berproses.
Berproses menjadi manusia. Insan kamil adalah sebuah bentuk harapan. Manusia
sempurna. Hanya saja yang juga perlu disadari bahwa untuk mengarah kearah itu
tidak serta merta jadi. Seperti bayi yang lahir apa langsung bisa membaca,
berdiri dan berlari. Manusia sama pada awal kejadiannya. Orang yang sekarang
duduk sebagai presiden, menteri, gubernur, cendikiawan, guru, alim, pengusaha,
pejabat dan lainnya pada waktu lahir sama dalam keadaan telanjang, tidak
membawa bekal apa-apa. Hanya proses waktu, pendidikan, perawatan orang tua, dan
didikan orang tua serta lingkungan yang membentuk pertumbuhan seseorang yang
akan membentuk hasil akhir.
Seseorang dalam menyikapi persoalan juga berbeda-beda.
Ada dengan tenang, dengan sadar, dengan pesimis dan bisa juga optimis. Terserah
memilih yang mana?
Yang terpenting adalah berusaha husnudzan, berbaik
sangka kepada Allah. Allah pastilah mempunyai rencana terbaik bagi kehidupan
kita. Hanya kita menyadarinya atau tidak. Bukankah Gusti Allah akan menguji
keimanan seseorang? Untuk melihat seberapa jauh tingkat keimanannya. Ada ujian
pangkat, kekayaan, kekurangan air, makanaan, buah-buahan. Bahkan anakpun
menjadi ujian. Lho, kok bisa. Bisa saja. Karena anak adalah amanah. Terkadang
orang tua over protective, sangat menjaga perilaku anaknya. Tanpa disadari anak
seperti robot. Begini tidak boleh begitu tidak boleh. Namun membebaskan anak
sebebas-bebasnya juga tidak benar. Yang terbaik adalah menjadi sahabat. Namun
juga tidak mudah. Diarahkan menuju kebaikan sesuai tuntunan agama hanya
disesuaikan dengan perkembagan akal dan jiwanya.
Saya teringat dengan kisah Syaikhona Kholil Bangkalan.
Sebagaimana biasa beliau sering mendapat tamu. Oleh karena ulama yang disegani
tamunya juga berbagai lapisan masyarakat. Bahkan pejabat penjajah Belandapun
juga datang untuk meminta doa barokah, juga orang Tionghoa non muslim. Apalagi
orang pribumi sendiri. Banyak sekali dan persoalan yang dihaturkan juga
bermacam-macam. Suatu ketika ada tiga orang tamu. Masing-masing mempunyai
persoalan sendiri. Satunya belum punya keturunan, keduanya usaha bisnisnya
tersendat-sendat bahkan merugi yang ketiga banyak hutangnya. Setelah selesai
satu-persatu menyampaikan hajatnya Syaikhona Kholil memberi jawaban yang sama
yakni disuruh memperbanyak membaca istighfar. Banyak memohon ampunan atas
kesalahan dan dosa yang telah dilakukan. Bila Allah sudah memberi ampunan maka
tidak ada lagi penghalang atau hijab atas doa dan ikhtiar yang kita lakukan.
Maka akan diijabahi permohonan kita. Seperti itu pula Kiai Ghozali Kholil
Pandanasri memberi wejangan kepada para santri di Pondok Pandanasri Kertosono.
Untuk memperbanyak istighfar setiap hari.
Lha, Kanjeng Nabi sendiri yang sudah dijamin masuk
surga saja minimal sehari membaca istighfar sebanyak 70 kali. Apalagi kita
manusia biasa yang bergelimang dosa.
Seharusnya dan sebaiknya juga memperbanyak bacaan istighfar dengan memahami apa
maksudnya.
Menghadapi persoalan memang shock. Apalagi
permasalahan yang tidak mengenakkan. Namun ada orang yang melaluinya dengan
sabar dan tenang. Persoalan dihadapi dengan sabar. Fastainu bisshobri was
sholat. Dihadapi dengan sabar dan tetap menjalankan sholat. Yang jelas
persoalan harus dihadapi. Kalau lari persoalan tidak akan selesai. Yang
diperlukan solusi. Tindak lanjutnya bagaimana, apa yang perlu dikerjakan, apa
yang mesti dilakukan. Aksi apa yang perlu diperbanyak, apa yang dikurangi, apa
yang seharusnya dikerjakan untuk smendapatkan solusi dan sebagainya. Bisa saja
meminta saran dan pendapat dari teman dekat, guru, kiai kita atau juga jasa
konsultan. Atau langsung bisa mengeluh kepada dzat yang menguasai alam semesta.
Hanya mengadukan segala persoalan kepadaNya.
Yang jelas bahwa Gusti Allah menurut persangkaan
hambaNya. Inda dzanni abdi bi. Maka perlu sangat disadari oleh kita bahwa
semuanya memang Allah yang mengatur. Hanya saja kita harus berusaha husnudzan
berbaik sangka kepada Allah. Pastilah Allah mempunyai tujuan dan pilihan
terbaik kepada kita. Tinggal kita berdoa dan berikhtiar untuk segera menyelesaikan
yang membelit. Hanya kepada Allah kita berserah dan kepadaNya pula kita memohon
pertolongan. Wallahu a’lam bi al shawab.
Dari artikel di atas sangat jelas bahwasanya kita
sebagai umat manusia yang memiliki fikiran hendaknya kita harus selalu mensyukuri
nikmat allah, seperti yang ada di artikel tersebut allah selalu ada di
lingkungan kita, allah akan selalu mencukupi apa yang kita butuhkan,
Kita lahir di dunia ini suci dari apapun, seperti
kertas yang putih dan kosong, semua ada di diri kita masing-masing,bagaimana
kita bisa mengatur diri kita dan menjalani hidup ini dengan sebaik-baiknya.
Yang jelas setiap ada masalah yang berat atau ringan
hendaknya kita bisa menghadapi permasalahan itu dengan tenang dan sabar
serahkan semua kepada allah karena sesungguhnya masalah yang datang pada
Takdir dan Ikhtiar
Rukun
iman yang diyakini umat Islam ada 6. Yakni iman kepada Allah, malaikat, kitab,
rasul, hari akhir dan qadha qadar. Qadha menurut bahasa adalah ketetapan. Biasa
diartikan menjadi ketetapan Allah sejak zaman azali, suatu zaman sebelum
diciptakannya makhluk. Contohnya adanya anak yang lahir pada hari ini misalnya
sebenarnya sudah ditetapkan Allah sebelum pernikahan kedua orang tuanya bahkan
sebelum bertemu keduanya pertama kali.
Sedang
qadar berarti ukuran. Biasa diartikan pelaksanaan atau ukuran dari ketetapan
Allah. Bisa dicontohkan anak yang lahir itu berjenis kelamin laki-laki lahir
pada hari Kamis, 12 Januari 2012 pukul 12.00 WIB. Orang lebih mudah menyebut
takdir untuk qada dan qadar.
Takdir
dibagi dua yakni mu’allaq dan mubram. Mu’allaq artinya takdir yang masih bisa
diusahakan oleh manusia. Misalnya karena sakit akut dan kronis, pasien di bawa
berobat ke China karena rumah sakit di negeri sendiri sudah angkat tangan.
Karena mau ikhtiar maka akhirnya jiwa bisa tertolong. Contoh lain karena
menghendaki air dingin maka air dimasukkan mesin pendingin jadilah air “nyes”.
Disini berlaku sunnatullah. Ada hukum sebab akibat berlaku. Bila mau menanam
maka akan panen. Benda yang dilempar ke atas maka akan jatuh ke bawah. Karena
berlaku hukum gravitasi bumi. Sedang takdir mubram, takdir atau ketentuan yang
manusia tidak bisa ikut campur. Bila sudah waktunya meninggal ya meninggal.
Walau bersembunyi di bunker yang tidak mempan dijatuhi bom nuklir sekalipun.
Malaikat Izrail pasti akan menemukan dan mencabut nyawanya juga.
Bila
melihat uraian di atas kelihatannya manusia hanya seperti wayang yang manut
digerakkan apa saja oleh dalang. Namun senyatanya tidak juga. Karena ada
peranan akal dan manusia diberi akal untuk kemaslahatan hidupnya. Memang iradah
Allah berjalan seiring dengan ikhtiar akal dan perbuatan yang dilakukan manusia
sendiri.
Dalam
surah ar-Ra’ad diterangkan bahwa Allah tidak akan merubah nasib seseorang
selagi orang itu sendiri tidak mau merubahnya. Jadi peranan akal dan perbuatan
manusia ikut berpengaruh pada kesuksesan hidup. Ada orang yang sedari kecil
hidupnya miskin dan susah. Ketika kuliah sambil bekerja karena harus menghidupi
diri dan membayari sekolah adik-adiknya. Karena ayahnya sudah meninggal. Lalu
setelah lulus bekerja sebagai karyawan. Dirasakan tidak merubah nasib lalu
keluar dan membuat perusahaan properti sendiri dengan modal relasi dan
kepercayaan. Akhirnya hidupnya berubah menjadi lebih baik.
Begitu
juga seseorang yang utun atau istikomah dalam mencapai target kehidupan bisa
juga akan berubah nasibnya. Sebenarnya kemampuannya biasa-biasa saja tidak ada
yang bisa dibanggakan. Namun ada kemauan untuk berubah dan aktif di organisasi
mahasiswa yang ada. Ketika waktunya selesai ya selesai seperti teman-temannya
yang lain. Ketika teman-temannya menikah, membuat rumah, membeli alat
transportasi, kuliah lebih lanjut ternyata dikehendaki Allah bisa juga
meraihnya. Ternyata peranan ikhtiar, beribadah mahdoh dan ghoiru mahdhoh juga
perlu. Bahkan perlu. Dengan tidak melupakan bermuamalah dengan manusia. Karena
dalam kehidupan tidak bisa lepas dengan bergaul dan berkomunikasi dengan banyak
orang. Bahkan terkadang komunikasi dengan keluarga sendiri saja tidak bisa.
Memang untuk menjadi manusia yang sempurna tidak mungkin namun oleh karena
komunikasi adalah penting maka perlu
disadari untuk mempraktekkannya dalam kehidupan.
Dalam
kehidupan ada namanya sunatullah. Ada hukum sebab akibat. Bila ingin memanen
padi seorang petani harus menanam dulu tiga empat bulan sebelumnya. Bila
peternak bebek ingin memanen bebek potongnya maka perlu ‘ngopeni’ bebek sejak
tiga puluh lima hari sebelumnya. Lalu dengan tekun memelihara hingga waktu yang
telah ditentukan. Tentu saja perlu tahu ilmu memberi makan, agar tidak bau,
biar tahan penyakit, memindahkan ke tempat lain bila sudah waktunya dan hingga
pemasaran. Memang hidup penuh dengan ilmu bantuan. Ilmu untuk hidup. Memang
dengan ilmu, hidup manusia menjadi lebih mudah. Maka benar apa yang telah
dijanjikan oleh Allah barang siapa yang beriman dan berilmu maka derajatnya
akan diangkat oleh Allah. Dan pasti Allah tidak akan mengingkari janjinya. Beda
dengan manusia. Manusia bila berjanji terkadang disiasati agar tidak
melaksanakan ketentuan itu. Ya, inilah manusia. Dengan seperti ini katanya agar
hidup menjadi ramai. Seramai perkara mencuri sandal jepit lalu disidang di meja
hijau. Hingga membuat terkenal “Indonesia” di dunia internasional. Sedang
perkara besar minta ampun sulitnya mendapatkan keadilan.
Ikhtiar sudah dilakukan lalu juga berubah
nasib. Ini bagaimana? Ada beberapa kemungkinan memang itulah jatahnya. Maka
dengan senang hati harus diterima sebagai bentuk qanaah. Kedua, perlu
dievaluasi lagi. Mungkin masih ada item yang belum dikerjakan dengan sepenuh
hati dan sempurna. Maka ini perlu dikerjakan lagi. Ketiga, mungkin ada penghambat
internal dan eksternal. Internal mungkin ada janji atau hutang yang belum
terbayar. Atau juga dosa pribadi. Maka perlu untuk selekasnya membayar. Juga
taubat perlu dikerjakan. Eksternal, bisa saja berlaku dholim kepada orang lain.
Maka perlu memohon keridhaannya.
Bila ada masalah dalam proses ikhtiar itu
menjadi hal biasa. Karena kalau berani hidup berarti berani menghadapi masalah.
Berani menghadapi kenyataan. Dan tidak lari dari masalah. Yang terakhir ini
namanya putus asa. Maka perlu solusi dan langkah untuk menghadapinya. Dicarilah
win-win solution. Kadar termudah, termurah, resiko teringan agar bisa
melanjutkan kehidupan. Dan dirasa bisa menanggung resiko itu.
Kalau
tidak tahu solusinya bisa bertanya pada teman, orang yang bisa dipercaya atau
juga teman yang pernah menghadapi masalah yang sama. Bila kita berbuat baik
insya Allah pasti ada jalan keluarnya.
Yang
jelas manusia wajib berusaha, berikhtiar menggapai cita-cita kehidupan. Hanya
Allah yang menentukan hasilnya. Untuk itu perlu bekal ilmu dalam proses ikhtiar
agar nanti bisa sesuai dengan tahapannya. Tentu saja perlu guru untuk
mengarahkan dan menuntun. Wallahu a’lam bi al shawab.
Takdir
di bagi menjadi dua yakni :
1. Takdir yang dapat
di rubah
2. Takdir yang tidak
dapat di rubah
Di
sini takdir yang dapat di rubah yakni dengan cara ihtiar atau bisa di sebut
dengan berusaha dan berdoa, misalnya:takdir jodoh, rezeki, dan penyakit.tapi
kalau yang yang tidak dapat di rubah seperti takdir kematian bagaimanapun kita
berusaha dan berdoa tetap tidak bisa di ruba.
Di
dalam kehidupan kita pasti mengalami yang namanya krisis ekonomi atau biyasa di
sebut kemiskinan,dari situ merupakan takdir yang dapat di rubah, dengan cara
kita bekerja keras dan mau berusa yang lebih lagi berdoa kemiskinan itu akan
sirna dengan sendirinya, karena allah akan mengabulkan apa yang kita minta.
Banyak
artis awalnya yang hidupnya sederhana, tetapi mereka bekerja keras dan berusaha
sehingga kehidupanya bisa berubah. Hendaknya kita dapat meniru orang-orang yang
sukses di luar sana, agar kita dapat termotifasi dan bisa berubah lebih baik
lagi.
Senin, 16 Januari 2012
Mengambil Hikmah dari Kesuksesan Teman
Pada
hari Jum’at saya bertemu dengan teman-teman di kampus IAIN Sunan Ampel
Surabaya. Banyak teman-teman seangkatan 2009 yang sudah selesai ujian proposal
disertasi bahkan ada 4 teman yang akan wisuda bulan April mendatang. Ini
berarti bisa menempuh dalam waktu 5 semester. menjadi prestasi tersendiri dan
akan menjadi sejarah dalam kehidupan mereka. Bagaimana tidak menempuh program
doktor memang tidak bisa dibuat main-main. Perlu keseriusan, pengorbanan, dan
menahan kehendak untuk sesaat dalam menempuh studi. Godaan di luar studi memang
luar biasa. Misalnya ada proyek di luar, tersita waktu dengan bisnis,
menyibukkan diri dengan pekerjaan, kegiatan sosial dan lainnya. Sehingga ada
yang sampai batas waktu toleransi 14 semester ada yang belum selesai. Ini yang
salah siapa?
Bila
menurut Pak Imam Suprayogo tidak selesainya studi dikarenakan tidak bisa
memimpin dirinya sendiri. Lho, kok bisa. Bila dipikir memang logis. Para
mahasiswa program doktor kebanyakan dosen, lalu ada beberapa guru, sedikit lagi
ada pejabat. Mereka ketika mengajar bisa memberi motivasi mahasiswa untuk
secepatnya mengerjakan tugas berupa makalah, skripsi dan tugas lainnya. Dan
mahasiswa bisa melakukannya dengan baik. Begitu juga guru, bisa memberi support
bagi siswa untuk melakukan hal terbaik dalam studinya. Namun kenyataannya
kemudian adalah ternyata masih sebatas bisa memberi motivasi dan saran. Belum
bisa menggerakkan diri pribadi untuk melakukan hal yang sama. Ini berarti belum
bisa memimpin dirinya sendiri untuk ke jalan yang lurus. Tujuan pribadi yang
harus segera diselesaikan karena akan datang tugas yang lebih besar sudah ada
di depan mata dan menanti kiprah lulusan S3.
Sehabis
sholat Jumat di Masjid Ulul Albab IAIN Sunan Ampel Surabaya saya bertemu dengan
Pak Ghofar. Ia akan ujian terbuka besok jam 13 WIB. Isteri dan anak-anaknya
juga sudah datang untuk memberi support. Memang alangkah bahagianya melihat
kepala rumah tangga menjadi teladan karena sudah bisa menempuh dan
menyelesaikan studi akademik tertinggi. Bila melihat usia sebenarnya sudah
setengah baya. Sebelumnya adalah kabid urais di Kanwil Kemenag Bangka Belitung
lalu dimutasi menjadi Kabid Gara Zawa dan Pekapontren. Setelah dilantik,
besoknya langsung mengembalikan mobil dinas dan segala inventaris dari
jabatannya karena memilih meneruskan kuliah S3. Banyak anak buahnya yang
menyayangkan tindakan ini karena semua orang menginginkan jabatan tersebut.
Baru lantik langsung dilepas. Namun tekad sudah bulat. Diteruskanlah niatnya.
Ada
hikmah dari Pak Ghofar yang bisa diambil agar studi bisa cepat selesai. Tema penelitian
yang diambil adalah wakaf dan menelorkan teori wakaf konvensional
konsumtif. Diantaranya:
Uzlah
agar bisa fokus. Babel adalah singkatan dari Bangka Belitung. Jarak dengan
Surabaya lumayan jauh bila ditempuh sehari pulang pergi. Tentu membutuhkan
biaya yang tidak sedikit. Karena jauhnya itu sehingga Pak Gofar harus tinggal
di Surabaya meninggalkan keluarga dan bisa konsentrasi menyelesaikan kuliahnya.
Dengan segala resiko tiap hari tanpa mengenal lelah dalam kesendirian
menyelesaikan segala tugas kuliah.
Hp
dimatikan. Selama proses kuliah kerap hp dimatikan untuk menghindari
terpecahnya konsentrasi. Akan dibuka bila sehabis sholat subuh. Praktis tidak
banyak terganggu oleh komunikasi via hp.
Dilapangan
selama 2 bulan. Selebihnya via telepon. Setelah ujian proposal maka berangkat
ke obyek penelitian di daerah sendiri, Bangka Belitung selama 2 bulan. Praktis
di sana. Setelah di rasa cukup lalu kembali ke Surabaya uzlah lagi. Bila ada
data yang kurang tinggal telepon saja.
Jangan
matikan laptop. Menulis membutuhkan mood. Bila enggan menulis maka malas untuk
memulai menggerakkan tangan untuk menulis. Apalagi harus menyiapkan laptop atau
komputer terlebih dahulu. Makanya jangan matikan laptop. Memang kalau laptop
kemampuan baterainya terbatas sekitar 6 jam. Namun kalau komputer kuat hingga
24 jam. Dengan keadaan on bila sewaktu-waktu ingin menulis bisa langsung
menulis.
Tiap
hari menulis sekaligus referensinya. Bisa menulis bila ada yang ditulis. Bila
ada data yang bisa ditulis. Maka harus
ada semangat untuk menulis tiap hari. Dipaksa. Ya dipaksa. Memang banyak yang
menyadari untuk kuliah S3 memang dipaksa keadaan. Karena kalau guru kuliah S3
harus membiayai diri sendiri. Beda dengan dosen yang ada jatah beasiswa. Yang
mana aturan baru dosen harus minimal S2 dan ke depan harus berpendidikan S3.
Maka membaca dan menulis adalah pekerjaan harian yang harus dikerjakan dengan
penuh semangat untuk bisa cepat selesai.
Sabar
menemui promotor. Menemui promotor atau pembimbing penelitian disertasi
bukanlah perkara gampang. Juga tidak sulit. Hanya perlu kesabaran untuk
melakukannya. Seperti untuk konsultasi harus ke Jakarta kebetulan karena ada
tugas lama di sana. Atau hanya bisa ditemui pada hari Sabtu sore atau Ahad
pagi. Bisa juga menunggu sampai selesainya promotor memimpin rapat. Pernah dari
pagi hingga siang baru kelar. Ada lagi teman yang lain harus menunggu lama
karena pembimbing pergi ke luar negeri. Itulah liku-liku perjalanan penelitian.
Selanjutnya
saya juga bertemu dengan Pak Munjin, seorang dosen dari UM. Orangnya energik
dan kelihatannya dari alumni pondok. Karena sampai sekarang masih mengajar di
pondok pesantren. Ujian tertutup sudah dilaksanakan beberapa hari yang lalu dan
ujian terbuka akan dilaksanakan pada bulan pebruari sehingga terhitung bisa menyelesaikan
program doktor selama 6 semester. Tips yang bisa diambil adalah:
Fokus
walau bekerja dan kuliah. Kalau Pak Gofar waktunya praktis untuk kuliah. Tugas
rutinnya dilepas dan mengambil tugas belajar. Maka Pak Munjin diberi ijin oleh
rektor namun harus tetap mengajar. Maka praktis selama satu semester masih
tetap mengajar sebanyak 12 SKS. Disela-sela itu menggunakan waktu
sebaik-baiknya untuk menyelesaikan tugas kuliahnya.
Kerja
dimanpatkan. Untuk menyederhanakan permasalahan waktu maka waktu ngajar
dimanpatkan menjadi tiga hari full. Sisanya digunakan untuk terjun ke lapangan
dan menulis laporan.
Waktu
bersama keluarga berkurang. Oleh karena ada beban yang berat antara bekerja dan
kuliah maka praktis waktu bersantai bersama keluarga berkurang. Acara keluar
sering tertunda. Walau anak-anak merengek minta jalan-jalan. Untungnya isteri
dan putranya bisa menyadari. Sebagai gantinya waktu tersisa di malam hari bakda
magrib hingga jam 21 digunakan untuk menjaga komunikasi dengan keluarga.
Komunikasi berkualitas itulah istilah yang dipakai bagi keluarga karier.
Putranya tiga, yang sulung sudah mondok di Gresik.
Tahlil
tetap jalan sebagai refreshing. Walau menjadi dosen di perguruan tinggi negeri
ketika di rumah tidak bisa lepas dengan tetangga dan masyarakat. Sebagai wujud
kebersamaan biasanya ada perkumpulan sebagai wadah silaturahim. Diantaranya
tahlilan rutin, khataman qur’an, yasinan, doa bersama karena ada tetangga yang
punya hajat. Ternyata kegiatan ini dirasakan sebagai refreshing atau penyegaran
karena bisa bertemu dengan tetangga, teman sehingga suasana hati dan pikiran
bisa cair. Setelah selesai acara bisa langsung pulang dan mengerjakan lagi.
Kost
di dekat lokasi penelitian. Konsekwensi dari penelitian adalah sering
berkunjung ke lokasi. Bila jauh dengan rumah maka salah satu alternatif adalah
tinggal di dekat lokasi. Makanya Pak Munjid kost di dekat pondok al falah
selama beberapa waktu sedang di pondok pesantren sidogiri pasuruan masih bisa
dijangkau dari malang sehingga cukup dengan sambil jalan.
Istikomah
menjadi imam sholat subuh di mushola sebelah rumah. Rentang waktu membaca dan
menulis yakni selesai pulang kerja. Atau malam hari hingga pukul 24.00 – 01.00
WIB. Paling sore tidur jam 11.00 WIB bila keadaan sudah lelah. Walau ritme
kehidupan seperti itu masih bisa dan mengistikomahkan sholat subuh di mushola
sebelah rumah. Tidak hanya itu juga menjadi imam. Wow, betapa berat dan
repotnya. Karena pagi adalah waktu yang paling enak untuk tidur apalagi dalam
keadaan tubuh yang payah. Sehingga dalam alunan adzan di sindir assholatu
khoirun minan naum. Bahwasanya sholat itu lebih baik daripada tidur. Dan memang
diakui bahwa sholat subuh berjamaah di masjid adalah perkara sulit namun juga
ibadah yang utama. Yang kedua adalah sholat isya’ berjamaah.
Mengurangi
tidur. Tidur adalah kebutuhan. Dengan tidur ada keseimbangan antara waktu
bekerja dan istirahat. Tidur bisa merehatkan seluruh anggota badan sehingga
setelah bangun badan menjadi segar kembali dan siap untuk beraktivitas. Tidur
penting dan aktivitas yang berjibun juga penting sebagai bukti kehidupan. Maka
jangan lupakan untuk tidur namun jangan tidur terlalu banyak. Karena
madhorotnya banyak. Diantaranya menyia-nyiakan waktu dan umur. Sehingga tidak
dikatakan sebagai abdun naum, hamba yang suka tidur. Kontrak hidup yang masih
ada perlu digunakan dengan sebaik-baiknya.
Mengurangi
tugas atau kegiatan yang dirasa kurang penting. Bisa menempuh studi lanjut
adalah anugerah sekaligus amanah. Sementara ini yang urgen. Maka tugas lain
yang dirasa bisa digantikan, ditunda atau bahkan tidak dilakukan. Tentu saja
yang tahu adalah yang bersangkutan. Acara yang tidak ada kaitannya dengan tugas
utama hendaknya memang dikurangi. Agar fikirannya tidak terpecah dan bisa
fokus. Disadari memang antara urgent dan penting bedanya tipis. Lagi-lagi yang
harus didahulukan adalah yang urgen. Karena keadaan mendesak, prioritas dan
tidak bisa ditunda lagi.
Sebelum
sholat jum’at kebetulan saya juga kebetulan bertemu dengan teman lama. Namanya
Musfiqon. Teman waktu di Unesa. Memang orangnya masih muda seusia saya, energik
dan kelihatannya sudah menyiapkan ke mana arah yang akan dilalui dan dituju .
Terakhir ketemu pertengahan tahun 2010 sudah menjadi pengawas di Kemenag
Sidoarjo. Ia bilang mau ujian kualifikasi dan di tahun 2011 sudah selesai
wisuda S3 di IAIN Sunan Ampel. Kemarin dia cerita sedikit bahwa sudah mutasi
menjadi widyaswara di Balai Diklat Keagamaan Surabaya. Ada keinginan yang ingin
diraih adalah menjadi guru besar.
Demikian
beberapa contoh orang yang sukses dalam studinya. Semoga bisa diambil
manfaatnya. Wallahu a’lam bi al shawab.
Dari artikel di atas menurut saya
sangat baik sekali karena denga adanya artikel tersebut dapat memotifasi para
mahasiswa, kita hidup di dunia ini pasti menginginkan kesuksesan dan hidup
bahagia, karena itu merupakan sifat mutlak dari seorang manusia.
Setelah mengetahui artikel tersebut
hati ini rasanya goyah dan memiliki tekat yang bulat agar bisa meraih
kesuksesan. Sukses itu sulit kalau hanya di lihat saja, tapi kalau dari hati
terdalam memiliki tekat yang bulat dan mau bersungguh-sungguh sukses itu pasti
bisa datang dengan sendirinya.
Jumat, 06 Januari 2012
Fenomena Natal Bersama
Acara
Natal merupakan kegiatan ritual keagamaan bagi pemeluk Nasrani. Dimana-mana
dilaksanakan ritual tersebut. Di desa, kota, perkantoran, bahkan di tingkat
nasional juga dilaksanakan. Begitu juga hari besar agama di negeri ini juga
dilaksanakan. Bahkan ketika hari kerja mendapat penghormatan dari negara
sehingga diliburkan.
Karena
banyaknya hari libur keagamaan sehingga ada menyebut hal tersebut sebagai
bentuk pemborosan dan mengganggu kinerja. Namun bila dicerna dengan hati jernih
ini sebagai konsekuensi dari negara Pancasila. Menghormati pemeluk agama untuk
melaksanakan kegiatannya tanpa harus dikekang dengan rutinitas kerja. Dalam
setahun ada banyak cuti nasional diantaranya memperingati ritual keagamaan
yakni dari agama Islam, Kristen Katolik, Kristen Protestan, Hindu, Budha dan
Konghuchu.
Di
bumi tercinta mengenai toleransi ditumbuhkembangkan. Karena realitas
mengharuskan seperti itu. Indonesia dibentuk dari berbagai latar belakang
agama, ras, suku, bahasa daerah, adat dan luasnya wilayah. Bahkan luas lautan melebihi luas daratan. Melihat
realitas yang ada maka persatuan dan kesatuan bangsa adalah hal yang urgen. Membiarkan pemeluk agama lain
untuk melaksanakan ritual agamanya masing-masing tanpa takut diusik dan
diganggu. Mungkin hanya di Indonesia untuk perayaan Natal banyak anggota GP
Ansor NU yang turut menjaga gereja. Ini
sebenarnya sebagai bukti bahwa para kiai begitu bisa menempatkan diri dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara. Maqasid syariah dimana al hifd din –menjaga
agama diutamakan. Harapannya ada timbal balik sehingga umat agama lain juga
bisa berbuat serupa. Tidak berdakwah kepada orang yang sudah beragama. Lalu ada
hikmah lain diantaranya terjadi suasana kondusif semua elemen anak bangsa untuk
membangun dan mengisi kemerdekaan dengan kegiatan yang berguna. Juga untuk
mengejar ketertinggalan dari negara tetangga di segala lini kehidupan. Karena
memang sangat disadari suasana kondusiflah semua bisa bekerja dengan tenang,
permusuhan, pertengkaran dan percekcokan tidak membawa kemajuan. Malah
kemunduran yang didapat.
Ada
fenomena menarik yang terjadi di sekitar kita. Diantaranya acara Natalan
Bersama. Dengan mengundang anak-anak kecil dengan selembar kertas undangan di
daerah mayoritas muslim. Karena dia satu-satunya keluarga non muslim di desa
yang kami tempati. Tepatnya dua orang karena kepala keluarga seorang muslim dan
giat sholat berjamaah di masjid. Hampir tiap tahun semenjak saya tinggal di
desa –tepatnya mulai tahun 2007- dilakukan seperti itu. Saya tidak tahu persis
ritual apa yang dilakukan. Biasanya sebelum hari H, orang-orang tertentu
dikirimi makanan layaknya acara ‘weweh’ seperti orang desa melakukannya pada
hari-hari tertentu. Tidak ada menu makanan yang aneh. Lha, biasanya banyak anak
yang datang di acara itu. Karena mengingat bila datang nanti dapat jajan yang
banyak macamnya dan itu gratis. Orang tua juga mungkin beranggapan walah
anak-anak saja tidak masalah toh tidak menggangu akidah. Toh masih kecil.
Mungkin seperti itu dalam benak mereka. Ketika sudah dewasa akan bisa memilah
sendiri. Tidak masalah biar mereka bisa mempraktekkan toleransi. Apa bisa
segampang itu?
Ada
sedikit sejarah ketika awal mula Kanjeng Nabi Muhammad tiba ke Madinah dan
membangun masyarakat Islam di sana. Sebelumnya sudah ada pemeluk Nasrani dan
Yahudi. Lalu dibuatlah Piagam Madinah. Diantaranya poinnya adalah bebas melaksakan
ibadahnya masing-masing dan akan bersama-sama bersatu bila Madinah di serang
dari luar. Lalu di jaman Khalifah Umar bin Khattab setelah membebaskan
daerah-daerah dari kelaliman dan kekejaman para penguasanya ada bentuk
toleransi yang diberikan. Yakni pemimpin dipilih dari daerah tersebut, bebas
beragama, bahasa yang dipakai bahasa daerah setempat, pajak atau jizyah tidak
seberat sebelumnya. Bila dilihat dari hal tersebut betapa nilai-nilai
kemanusian sudah ditancapkan sejak dulu. Jauh sebelum piagam PBB dan HAM
ditanda tangani.
Oleh
karena Natal adalah ritual keagamaan alangkah baiknya tidak mengundang
anak-anak yang tidak seagama untuk datang. Dengan dalih apapun. Bukankah tidak
ada pemaksaan agama kepada orang lain. Dan dalam sistem pendidikan bahkan memberikan
hak pelajaran agama sesuai dengan agama yang dianut. Kalau berniat memberi
sesuatu kepada anak-anak tidak harus pada momen itu.
Ada
ulama yang menghukumi haram bila datang. Bahkan ulama lain yang memberi hukum
murtad. Karena mengikuti ritual agama lain. Yang mana agama itu tidak sesuai
dengan ajaran agama Islam. Bahkan ada pembacaan syahadat ala orang non muslim
–Credo 12 yang berisi 12 poin. Sehingga menyebabkan muslim yang hadir menjadi
murtad tanpa disadari. Bahkan makan dari makanan yang dihidangkan juga dihukum
haram. Maka harus dihindari.
Adanya
acara Gus Dur dan Kang Said yang memberi pengajian di acara Natal Gereja karena
pelaksanaannya dilakukan sebelum acara di mulai. Jadi tidak mengikuti acara.
Itu tidak terbilang mengikuti ritual. Diundang untuk memberi pencerahan
keagamaan.
Akhirnya
kita harus hati-hati dalam memaknai toleransi. Toleransi memang sangat penting
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Hanya tafsirnya harus
tahu. Sehingga prakteknya pas. Tidak melanggar akidah. Akidah terjaga dan
toleransi berjalan. Sungguh nyaman. Lha, untuk ini diperlukan ilmu. Ternyata
ilmu sangat penting dalam kehidupan. Wallahu a’lam bi al shawab.
Menurut saya hari natal yakni hari
besar bagi umat nasrani, kita sebagai umat muslim harusnya saling menghargai
dan menghormati antara sesama mahluk walaupun agama mereka berbeda, di
indonesia di bentuk berbagai latar belakang agama, ras, suku, bahasa daerah,
adat dan luasnya wilayah oleh sebab itu kita harus saling menghormati pemeluk
agama lain untuk melaksanakan ritualnya masing-masingtanpa takut di ganggu dan
di usik.
Utuk GP ansor yang setiap hari natal
menjaga gereja sebenarnya tidak perlu di permasalahkan karena itu merupakan
toleransi yang bertujuan agar tidak ada perpecahan antara warga negara yang
satu dan yang lain. Sehinnga kita dapat bertolernsi antara warga negara dengan
baik.
Desakralisasi Suro...
Bulan
Muharam adalah bulan pertama dalam penanggalan Islam. Penanggalan ini dimulai
oleh Khalifah Umar bin Khattab dengan patokan mulai hijrah Kanjeng Nabi dari
Mekkah ke Madinah. Ketentuannya menggunakan peredaran bulan. Jadi berbeda
dengan sistem penanggalan masehi yang berdasar peredaran matahari.
Pada
bulan ini banyak sekali peristiwa besar terjadi. Misalnya peristiwa di bakarnya
Nabi Ibrahim oleh Raja Namrud namun tidak terjadi apa-apa. Dikeluarkannya Nabi
Adam dan Ibu Hawa dari surga. Lalu bertemu lagi di Arafah. Nabi Yunus AS keluar
dari perut ikan, Nabi Ayub AS kembali sehat dari cobaan sakit yang parah,
kemenangan Nabi Musa AS atas Fir’aun. Dan masih banyak lagi yang lain.
Untuk
menyatukan tanah Jawa Raja Mataram Sultan Agung Anyokrokusumo membuat
penanggalan Jawa sama dengan sistem penanggalan Islam. Hanya nama bulan yang
diganti dengan Suro, Sapar, Mulud, Bakda Mulud, Jumadil Awal, Jumadil Akhir,
Rejeb, Ruwah, Poso, Sawal, Selo, dan Besar. Sedang tahunnya meneruskan tahun
saka yang sedang berjalan.
Adanya
penanggalan Jawa ini adalah upaya strategis dan karya besar pula yang perlu
dicatat dalam sejarah. Karena sangat terjadi seperti ini kalau tidak ada visi
besar dalam suatu kerajaan. Ada hal lain yang diterima yakni memudahkan
penanggalan menjadi satu sistem dalam satu wilayah kerajaan.
Dalam
ajaran agama seluruh bulan dipandang sama. Memang ada beberapa bulan yang
mempunyai nilai lebih seperti Rajab, Ramadhan, Dzulhijjah namun tidak ada
diskriminasi bahwa selain bulan tersebut membawa sial dan tidak ada
keberuntungan. Misalnya di bulan Suro masyarakat Jawa masih ada yang
menghindari bila mempunyai hajat, mendirikan rumah, membuka usaha, bepergian,
keputusan strategis lainnya. Karena dianggap bisa membawa malapetaka pada diri
dan keluarga. Kemudian juga pada bulan ini banyak yang memandikan pusaka.
Namun
saya melihat akhir-akhir ini banyak yang mulai berani merubah pakem orang Jawa
tersebut. Diantaranya berani mengadakan hajatan mantu atau khitanan pada bulan
Syuro. Para developer dalam membangun perumahan sudah tidak melihat bulan dan
hari bila sudah ada yang pesan ya dibangun. Karena dalam bisnis siapa yang
lebih dahulu dan servise yang memuaskan akan dicari pelanggan. Bahkan ada salah
satu dosen saya Dr. H. Isrofil Amar yang juga Ketua PC Nahdlatul ‘Ulama Jombang
yang menikahkan salah seorang putranya pada bulan Suro ini dan tidak ada
apa-apa. Bahkan katanya lancar dan banyak yang datang. Karena baru ada satu
hajatan pada bulan tersebut.
Adanya
larangan tepatnya pengalaman dari orang-orang tua dulu atau juga katanya ada
primbon tertentu yang menceritakan hal itu kemudian masih ada orang yang mempercayai memang hal-hal yang sah-sah
saja. Cuma tidak boleh sampai membawa-bawa akidah karena memang adanya alam
semesta ini beserta penanggalannya untuk keselamatan dan kebahagian manusia.
Tinggal manusia memanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Wallahu a’lam bi al shawab.
Dalam artikel tersebut menurut saya
orang-orang pada zaman terdahulu atau orag jawa memandang
bahwasanya bulan suro itu bulan sial, atau bisa di sebut banyak musibah datang
yang atau menimpanya sehingga para orang terdahulu takut akan melakukan hajatan
seperti membangun rumah. Usaha dagang dll. Pada hal bulan suro tersebut tidak
seperti yang ada fikiran mereka.
Pada hal sebenarnya bulan syura adalah
bulan yang baik, apalagi waktu tanggal 10 suro yang sering di sebut bulan
syaklar. Mungkin orang-orang jawa berpendapat bahwa bulan suro itu sial karena
setiap tanggal 10 suro banyak pendekar yang mencuci keris, mungkin dari situ
orang dulu berpendapat kalau bulan suro adalah bulan yang tidak seperti bulan
lainya.
Padahal ajaran agam seluruh bulan di
anggap sama tidak ada bulan yang sial, memang ada beberapa bulan yang memiliki
nilai lebih yakni antara lain: bulan rajab, ramadhan dan dzulkijah.
Setidaknya kita sebagai mahasiswa yang
memiliki pengetahuan lebih sebaiknya jangan percaya akan hal seperti itu karena
sesungguhnya allah menciptakan bulan tidak ada yang sial dan semua sama.
diri
kita adalah suatu cobaan yang di turunkan kepada kita tinggal bagaimana kita
menghadapinya. Jangan sekali-kali kita lari dari masalah tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar